Tuberkulosis paru (TB paru) adalah
penyakit paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang masuk
ke dalam saluran nafas. Digolongkan sebagai penyakit yang menular dan negara
kita termasuk no 5 terbesar didunia setelah China, India, Afrika Selatan dan
Nigeria. Penularan TBC adalah dari buliran dahak (droplet) yang mengandung
kuman TBC yang dihirup oleh penderita sehat. Penularan TBC tidaklah semudah
Infeksi Akut saluran napas lain (ISPA) namun keistimewaan kuman ini adalah
kemampuan nya untuk tetapi tinggal dalam paru tanpa menginfeksi hingga ratusan
bahkan ribuan tahun (dorman). Pada saat daya tahan tubuh seseorang melemah oleh
berbagai keadaan maka kuman ini akan mengalami aktivasi dan membelah diri
secara cepat dan menginfeksi.
Sebenarnya mengetahui apakah kita atau
anggota keluarga mengidap TBC tidaklah terlalu sulit. Namun pada awal infeksi
seolah memang tidak ada gejala atau gejala mirip infeksi akut saluran nafas.
Yang khas dari infeksi Mycobacterium tuberkulosis adalah batuk kronik lebih
dari 3 minggu yang tanpa atau dengan berdahak atau berdarah. Kekhasan ini yang
menggiring pasien untuk menemui dokter selama ini tidak terjadi biasanya kasus
yang di dapatkan adalah dalam keadaan sudah luas.
Gejala lain adalah penurunan berat badan
karena menurunnya nafsu makan, mengakibatkan pula menderita menjadi lesu dan
pucat. Batuk yang sering berkembang menjadi nyeri dada dan bahu yang sedikit
terangkat karena ada sesak napas. Keadaan ini biasanya sudah lanjut. Batuk
darah itu menandakan terbentuknya lubang (kaviti) pada oragan paru dan hal ini
menunjukkan keadaan infeksi yang suatu saat berpotensi kegawatan bila terjadi
batuk darah yang masif
Banyak dokter yang pada awalnya sulit menafsirkan
hal ini , dan sering terkelirukan dengan demam lain seperti tifus atau infeksi
pernapasan bawah (pneumonia) dan hanya memberikan antibiotik bukan anti
tuberkulosis yang berakibat ketidak sembuhan malah memperparah. Keadaan klinis
pasien yang naik turun antara sehat dan sakit kadang membuat pasien bingung dan
frustasi. Sering dalam praktek klinik sehari hari ditemukan pasien sudah
berkeliling dokter untuk mencari kesembuhan sampai ditemukan TBC paru sebagai
penyebab keluhannya. Dalam hal ini pemeriksaaan foto rontgen dada atau paru
akan sangat membantu para dokter untuk membedakan asal-usul infeksi.
Berikut gejala yang sering terjadi pada
penderita TBC
- Batuk lama > 3 minggu
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
- Sesak napas dengan penampakan kedua bahu mengangkat
- Batuk darah
- Nyeri dada
- Demam dengan keringat terutama pada malam hari
Setelah ada kecurigaan ini, sebagai pasien
kita harus mengingatkan para dokter yang mungkin menganggap ini bukan TB tidak
lah salah. permintaan foto rontgen sebagai langkah awal adalah bijak karena
dengan pemeriksaan ini dilakukan (terutama pasien dewasa akan tampak kelainan
khas di foto rontgen dada (toraks) yaitu bercak putih pada puncak paru.
Segeralah memeriksakan dahak untuk memastikan kuman TBC ada atau tidak karena dengan
ini kita mengetahui potensi penularan dan berguna kelak untuk evaluasi
pengobatan. Ingat ! TBC tidaklah mati dengan antibiotik.
Pengobatan TBC adalah jangka lama yaitu
minimal 6 bulan dan harusnya tidak putus teratur mengkonsumsinya agar tercapai
kesembuhan dan eradikasi kuman TBC. keadaan putus obat atau minum obat tidak
teratur akan berakibat terjadinya resistensi kuman atau kekebalan terhadap lini
pertama obat anti tuberkulosis. Kekebalan ini akan menuntut pengobatan dengan
jangka yang lebih lama dengan jumlah obat yang lebih banyak sehingga akan
membuat keadaan semakin tidak mengenakkan karena obat dengan efek samping yang
banyak. Keadaan ini disebut sebagai TBC resistensi obat.
Obat oabat TBC lini pertama adalah
- Rifampisin
- Isoniazid atau INH
- Pirazinamid
- Ethambutol
- Streptomycin
Pemberiaan obat obat harus disesuaikan
dengan berat badan karena dengan dosis berlebihan akan menimbulkan efek samping
yang lebih banyak dan dapat menjadikan TBC lebih berat. Alergi obat patut juga
menjadi perhatian karena sering menimbulkan efek kulit gatal.
Pada anak, diagnosis TBC paru lebih sulit
dibandingkan dengan dewas karena gambaran foto rotgent yang tidak khas. Sering
pasien menjadi salah diagnosis tidak TB dianggap TB (overdiagnosis) atau
sebaliknya underdiagnosis kerap terjadi baik dilakukan oleh dokter umum sampai
seorang spesialis sekalipun. Gejala yang paling khas pada anak adalah berat
badan yang tidak naik dan timbul beberapa benjolan pada kelenjar di daerah
leher bagian kiri dan kanan. dengan pemeriksaan laboratorium kerapkali juga
tidak terdiagnosis dan akhirnya dibutuhkan uji TUBERKULIN yang dikenal sebagai
MANTOUX (baca mantu) test. dengan uji yang benar dan pembacaan yang benar maka
diagnosis ini menjadi lebih meyakinkan. pada anak juga mendapat obat anti
tuberkulosis yaitu Rifampisin, Isoniazid dan Prirazinamid saja selama kurun
waktu 6-12 bulan dan evaluasi kesembuhan adalah berkurangnya gejala dan
bertambahnya berat badan
Pencegahan penyakit ini sebenarnya
tidaklah sulit. Penularan kerap terjadi dari dewasa ke anak oleh karena itu
penderita TBC jangan terlalu dekat dengan anak termasuk berkomunikasi atau
berciuman. Penularan dari dewasa ke dewasa tidaklah terlalu mudah yang patut
diperhatikan adalah ketika ada penderita dirumah jangan diperlakukan pembedaan
(isolasi) barang-barang atau makanan karena penderita ini perlu dukungan.
Keberhasilan penularan bergantung pula keteraturan pengobatan dan orang orang
disekitarnya sebaiknya pula di cek apakah menderita juga atau tidak. Tidak
berludah atau batuk sembarangan akan memperkecil risiko penularan dan penjagaan
imuniti (daya tahan tubuh) dengan konsumsi makan bergizi.
Bagi mereka yang memiliki kebiasaan atau
riwayat merokok sedang sampai berat gejala Tuberkulosis ini bisa mirip dengan
gejala kanker paru. oleh karena itu sebaiknya tidak menunda untuk memeriksakan
diri apalagi anda atau keluarga memiliki faktor resiko untuk itu.
Dan yang terakhir pengobatan yang lengkap
akan menghasilkan kesembuhan dan memperkecil kemungkinan kekambuhan dan
diperlukan pengawasan orang lain untuk mengingatkan penderita untuk rutin dan
teratur minum obat. Dan bila anda mengidap penyakit Diabetes Melitus atau
kencing manis juga sebaiknya tidak berlambat dalam memeriksakan kondisi paru
anda apakah sudah terserang TBC atau belum karena ternyata pasien Diabetes
Melitus memiliki kekerapan yang tinggi menderita TB par
Tidak ada komentar:
Posting Komentar